Minggu, 23 Mei 2010

Sejarah Perkembangan Sosiologi

Pada abad ke-19, seorang filsuf Perancis bernama Auguste Comte (1798-1857) mengemukakan kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Perancis setelah pecahnya Revolusi Perancis. Comte melihat selain perubahan positif, yaitu munculnya demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan konflik antarkelas di dalam masyarakat. Konflik ini terjadi akibat masyarakat tidak mengetahui cara mengatasi perubahan atau hukum-hukum apa saja yang dapat digunakan untuk mengaturnya. Akibatnya terjadi anarkisme dalam masyarakat Perancis.
Atas dasar ini Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri dan penelitian tersebut harus berdasarkan pada metode-metode ilmiah. Saat itu, Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum fisik yang dapat mengatur gejala-gejala social. Comte kemudian menamakan ilmu ini sosiologi. Comte kemudian disebut sebagai Bapak Sosiologi. Dalam bukunya Cours de Philosophie Positive, Comte mengemukakan hukum kemajuan manusia atau hukum tiga jenjang. Menurutnya, sejarah manusia akan melewai tiga jenjang mendaki, yaitu jenjang teologi (dimana manusia mencoba menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu pada yang adikodrati), jenjang metafisika (dimana manusia mengacu pada kekuatan metafisik atau abstrak), jenjang positif (dimana manusia menjelaskan gejala alam dan social dengan mengacu pada metode-metode ilmiah).
Meskipun Comte menciptakan istilah sosiologi, akan tetapi Herbert Spencer mempopulerkan istilah tersebut melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer mengembangkan sistem penelitian tentang masyarakat. Ia menerapkan teori evolusi organic pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang evolusi social yang diterima secara luas di masyarakat. Menurutnya, suatu organ akan lebih sempurna jika organ itu bertambah kompleks karena ada diferensiasi di dalam bagian-bagiannya. Spencer melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang tersusun atas bagian-bagian yang saling bergantung seperti pada organisme hidup. Evolusi dan perkembangan social pada dasarnya akan berarti, jika ada peningkatan diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi dari homogeny ke heterogen, dari yang sederhana ke yang kompleks. Setelah buku Spencer tersebut terbit, sosiologi kemudian berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

sumber :
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2004. Sosiologi. Jakarta: ESIS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar